Wednesday, April 1, 2009

PEMANFAATAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH

A. Pendahuluan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disebut juga sebagai synthetic science, karena konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian ditentukan atau diobservasi setelah fakta. Informasi faktual tentang kehidupan sosial atau masalah-masalah kontemporer yang terjadi di masyarakat dapat ditemukan dalam liputan (exposure) media, karena media massa diyakini dapat menggambarkan realitas sosial dalam berbagai aspek kehidupan. Meskipun untuk itu, informasi atau pesan (message) yang ditampilkannya sebagaimana dapat dibaca di surat kabar atau majalah, didengarkan di radio, dilihat di televisi atau internet-telah melalui suatu saringan (filter) dan seleksi dari pengelola media itu untuk berbagai kepentingannya (misalnya : untuk kepentingan bisnis atau ekonomi, kekuasaan atau politik, pembentukan opini publik, hiburan hingga pendidikan).
Terlepas dari berbagai kepentingan yang melatarbelakangi pemunculan suatu informasi atau pesan yang disajikan oleh media massa, kiranya tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pada masa kini pertemuan orang dengan media massa sudah tidak dapat dielakkan lagi. Tidaklah berlebihan kiranya apabila abad ke-21 disebut sebagai abad komunikasi massa (Rakhmat, 1985 : 174). Bahkan dalam pembabakan sejarah umat manusia, McLuhan (1964) menyatakannya sebagai babak neo-tribal (sesudah babak tribal dan babak Gutenberg), yakni masa di mana alat-alat elektronis memungkinkan manusia menggunakan beberapa macam alat indera dalam komunikasi. Adapun Toffler (1981) menamakannya sebagai The Third Wave.
Sementara itu, seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), akan membawa perubahan bergesernya peranan guru termasuk guru IPS sebagai penyampai pesan/informasi. Ia tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswanya. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber-terutama dari media media massa, apakah dari siaran televisi dan radio (media elektronik), surat kabar dan majalah (media cetak), komputer pribadi, atau bahkan dari internet.
Adalah tidak berlebihan kiranya apabila Splaine (Shaver, 1991 : 300-309) menyebutkan bahwa media massa sangat berpengaruh di dalam pendidikan IPS. Hal ini didasarkan pada berbagai temuan penelitian yang menyiratkan, antara lain :
1. Media massa, khususnya televisi, telah begitu memasyarakat;.
2. Media massa berpengaruh terhadap proses sosialisasi;
3. Orang-orang lebih mengandalkan informasi yang berasal dari media massa daripada dari orang lain;
4. Para guru IPS perlu memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajarannya; dan
5. Para orang tua dan pendidik, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, dapat meminimalisasikan pengaruh negatif media massa dan mengoptimalkan dampak positifnya.

Dari sini, maka dapatlah ditarik probematika sebagai berikut : Sudahkah guru-guru IPS memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajarannya secara efektif? dan Apakah para siswa sudah memanfaatkan media massa sebagai sumber pembelajaran IPS? Tentu saja untuk menjawabnya diperlukan sebuah pembuktian empirik!.
Namun, terdapat sebuah “amanat yuridis-formal” yang sudah semestinya diimplementasikan secara praktis, yakni sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 35, yang menyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar”; kemudian di dalam penjelasannya ditegaskan bahwa : Pendidikan tidak mungkin dapat terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan maupun para peserta didik tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan.

B. Pengertian IPS
Hingga saat ini, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) hanyalah sebuah program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social sciences), maupun ilmu pendidikan (Somantri, 2001 : 89). Social Science Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS) menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”.

Pada tahun 1992, NCSS telah mendefinisikan IPS sebagai berikut :
Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.
Bahwa secara garis besar dapat diartikan bahwa IPS atau ilmu sosial adalah pembelajaran yang integral antara ilmu-ilmu sosial dan kompetensi yang hendak dicapai. Di dalam ilmu sosial tersebut terdapat berbagai disiplin ilmu yang secara sistematis tergambarkan seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, ilmu politik, psikologi dan sosiologi.
Tujuan utama dari ilmu sosial adalah membantu seseorang untuk memberi pengetahuan dan alasan pengambilan keputusan untuk menjadi warga yang baik dalam hal budaya, demokrasi sosial di dalam dunia yang selalu berkembang.
Sementara itu berdasarkan hasil rumusan Forum Komunikasi II HISPIPSI di Yogyakarta (1991) dan menurut versi FPIPS dan Jurusan Pendidikan IPS, dapat diformulasikan pengertian IPS, seperti dapat dilihat di bawah ini.

• Pendidikan IPS untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila
• Pendidikan IPS untuk tingkat pendidikan tinggi
Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila. (Somantri, 2001 : 103).
Dengan demikian, maka untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah, IPS diimplementasikan sebagai Social Studies dan untuk tingkat pendidikan tinggi sebagai Social Science Education.
Menurut Depdiknas (2004), IPS yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar mencakup bahan kajian lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan, serta bahan kajian sejarah. Sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah didasarkan pada bahan kajian pokok Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara, dan Sejarah.

C. Sumber Pembelajaran, Media Pendidikan, dan Sumber Pembelajaran IPS
Menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977), sumber pembelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Sumber pembelajaran dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan (learning resources by design), yakni semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal; dan
2. Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources by utilization), yakni sumber belajar yang tidak secara khusus didisain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar-salah satunya adalah media massa.
Media atau alat menjadi salah satu unsur yang sangat diperlukan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Lalu apakah yang dimaksud dengan media? Dalam arti yang luas media adalah setiap orang, bahan, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang mana memungkinkan siswa untuk menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap.(Joni, 1984:45). Dalam arti yang demikian maka seorang guru, buku-buku teks, lingkungan sekolah adalah media. Namun yang dimaksud media dalam makalah ini adalah alat yang mampu digunakan untuk menyajikan, memproses dan menjelaskan informasi visual atau verbal dan menjelaskan informasi visual. Setiap media adalah saranan untuk menuju kepada suatu kompetensi tertentu. Misalkan suatu peta tematik tentang kepadatan penduduk di suatu daerah, dengan melihat pada peta tersebut kita akan cepat mengetahui dan memahami keadaan yang sebenarnya (keadaan penduduk) pada daerah tersebut.
Ada beberapa cara menggolongkan jenis-jensi media. Salah satunya adalah penggolongan media yang dilakukan oleh Gerlach dan Ely (Raka Djoni, 1980). Menurut mereka media dibedakan menjadi delapan jenis, yaitu :

a. Benda sebenarnya
Yang menjadi kategori dalam media ini adalah orang, peristiwa, benda, dan demonstrasi. Media ini berbeda dengan jenis media lainnya karena benda sebenarnya bukan media pengganti untuk benda lain atau peristiwa sebenarnya terdapat banyak benda di sekitar kita yang dapat kita jadikan media untuk mencapai kompetensi. Tidak hanya benda yang memberikan pengalaman pertama, tetapi juga peristiwa atau proses tertentu. Demonstrasi dapat juga dijadikan sebagai media. Demonstrasi dapat dilakukan di sekolah (dalam kelas) atau pada saat karya wisata (luar kelas).

b. Penyajian verbal (verbal representation)
Yang menjadi bagian dalam kategori ini adalah bahan cetak, seperti buku teks dan buku kerja atau kata-kata yang diproyeksikan melalui slide, film transparansi atau filmstrip. Termasuk juga catatan di papan tulis, judul papan bulletin dan setiap bentuk kata tertulis.

c. Penyajian grafik
Dalam kategori ini adalah grafik, peta, diagaram, gambar yang dibuat dengan maksud untuk mengkomunikasikan ide. Penyajian grafik ini dapat dihumpai dalam buku teks, bahan display atau pemeran filmstrip overhead transparansi.

d. Gambar diam
Foto setiap benda atau peristiwa apapun merupakan contoh media yang masuk dalam kategori ini. Fotograph mungkin terlibat sebagai ilustrasi dalam teks book, sebagai bahan papan bulletin, slide dan transparansi.

e. Gambar bergerak
Gambar gerak/hidup atau rekaman video tape termasuk televise merupakan contoh media dalam jenis ini.

f. Rekam suara (audio recording)
Media ini dbuat pada pita magnetic atau pada piringan hitam atau pada jalur suara film. Salah satu jenis rekaman audiao yang terpenting adalah bahan verbal.

g. Program
Contoh dari jenis media ini adalah buku berprogama. Penyajian informasi dilakukan melalui salah satu media atau kombinasi media, seperti kata tercetak, slide, pita suara, dan gambar hidup.

h. Simulasi
Adalah tiruan situasi nyata yang telah dirancang mendekati situasi yang sebenarnya. Contohnya adalah permainan pendidikan yang mensimulasikan kondisi ekonomis atau geografis suatu wilayah. Hal ini diperlukan untuk mengambil keputusan secara aktif pada siswa.
Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajarannya (Hamalik, 1985 : 23).
Sebagai sumber pembelajaran IPS, media pendidikan diperlukan untuk membantu guru dalam menumbuhkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS. Pelajaran IPS yang demikian kompleks karena integrasi dari berbagai disiplin ilmu memerlukan sesuatu yang baru (media) dalam menyampaikan materinya. Diversifikasi aplikasi media atau multi media, sangat direkomendasikan dalam proses pembelajaran IPS, misalnya melalui : pengalaman langsung siswa di lingkungan masyarakat; dramatisasi; pameran dan kumpulan benda-benda; televisi dan film; radio recording; gambar; foto dalam berbagai ukuran yang sesuai bagi pembelajaran IPS; grafik, bagan, chart, skema, peta; majalah, surat kabar, buletin, folder, pamflet dan karikatur; perpustakaan, learning resources, laboratorium IPS; serta ceramah, tanya jawab, cerita lisan, dan sejenisnya.

E. Pemanfaatan Media Massa sebagai Sumber Pembelajaran IPS
Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Pengertian “dapat” di sini menekankan pada pengertian, bahwa jumlah sebenarnya penerima pesan informasi melalui media massa pada saat tertentu tidaklah esensial. Yang penting ialah “The communicator is a social organization capable or reproducing the message and sending it simultaneously to large number of people who are spatially separated”). Adapun bentuk media massa, secara garis besar, ada dua jenis, yaitu : media cetak (surat kabar dan majalah, termasuk buku-buku) dan media elektronik (televisi dan radio, termasuk internet).
Media massa dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran IPS, karena media massa pada hakekatnya merupakan representasi audio-visual masyarakat itu sendiri. Sehingga fenemona faktual yang terjadi di masyarakat, dapat secara langsung (live) diliput dan ditayangkan media massa (melalui siaran televisi atau radio, misalnya). Pemanfaatan media massa artinya penggunaan berbagai bentuk media massa, baik cetak maupun elektronik untuk tujuan tertentu-yang dalam kajian ini disebut sebagai sumber pembelajaran IPS.
Guru dapat memanfaatkan atau memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajaran IPS secara optimal dan efektif sehingga dapat menunjang keberhasilan pembelajaran IPS melalui tiga cara, yaitu :
1. media massa dapat memperbaiki bagian konten dari kurikulum IPS;
2. media massa dapat dijadikan alat pembelajaran yang penting bagi IPS; dan
3. media massa dapat digunakan untuk menolong siswa mempelajari metodologi ilmu-ilmu sosial, khususnya di dalam menentukan dan menginterpretasi fakta-fakta sosial. (Clark, 1965 : 46-54).
Sebagai konsekuensi logis dari pemanfaatan media massa sebagai sumber pembelajaran IPS di tingkat persekolahan, maka menurut Rakhmat (1985 : 216-258), terdapat paling tidak empat buah efek pemanfatan media massa, yaitu :
1. Efek kehadiran media massa, yaitu menyangkut pengaruh keberadaan media massa secara fisik;
2. Efek kognitif, yaitu mengenai terjadinya perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi siswa;
3. Efek afektif, yaitu berkenaan dengan timbulnya perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci siswa; dan
4. Efek behavioral, yaitu berkaitan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang mencakup pola-pola tindakan kegiatan, atau kebiasaan berperilaku siswa.


F. Penutup
Di masyarakat atau di lingkungan banyak hal yang dapat digunakan media dalam pembelajaran. Baik itu media elektronik, maupun media cetak. Namun demikian sampai saat ini baru sedikit para pengajar di tingkat sekolah lanjutan maupun perguruan tinggi yang memanfaatkannya. Bukannya tidak mampu tapi mereka belum mau menggunakannya dan tidak tahu bagaimana cara menggunakannya.
Media massa adalah sesuatu yang sangat berpengaruh di dalam pembelajaran IPS. Kemudian, berdasarkan kajian empirik, ternyata : para siswa di tingkat persekolahan yang memanfaatkan media massa sebagai sumber pembelajarannya cenderung lebih baik hasil belajar IPS-nya daripada yang tidak memanfaatkannya.
Berdasarkan kajian teoretik, ternyata kelemahan kadar pembelajaran IPS selama ini terletak pada, : teacher centered, cenderung naratif/ekspositori, dan kurang mengoptimalkan sumber pembelajaran (baik by design maupun by utilization).
Dengan rekomendasi hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dengan media massa hasil pembelajaran lebih berhasil, maka sekiranya perlu diupayakan agar penggunaan media massa dalam proses PBM lebih diefektifkan.














DAFTAR PUSTAKA

Arief Achmad. 2004. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran IPS. Bandung

Clark, L.H. 1965, Social Studies and Mass Media. Plainfield, N.J. : New Jersey Secondary School Teachers Association).

Hamalik, Oemar. 1982. Media Pendidikan. Bandung : Alumni.

NCSS. 2002. Strategies for Integrating Media Literacy Into the Social Studies Curriculum. [Online]. Tersedia : http://www.mediad.org/studyguides/ Strategies for Integrating Media Literacy/html. [06 Januari 2006].

NCSS. 2003. Curriculum Standard for the Social Studies. [Online]. Tersedia : http://www.ncss.org/. [06 Januari 2006].

Raka Djoni. 1980. Pengembangan Kurikulum. Jakarta:P3G
Rakhmat, J. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung : CV. Remadja Karya.
Rumampuk, D.B. 1988. Media Instruksional IPS. Jakarta : P2LPTK-Ditjen Dikti Depdikbud.
Somantri, M.N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : PPS-UPI dan PT. Remadja Rosda Karya.

Suharyono, dkk. 1990. Strategi Belajar Mengajar I. Semarang:IKIP Semarang Press

Tandowidjojo, JVS. 1985. Media Massa dan Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.